Rabu, 26 Oktober 2011

Cinta si Tukang Kebun

Oleh Salman Rusydie Anwar
Presiden itu milik rakyat karena rakyatlah yang memilih seseorang menjadi presiden. Saham kepemilikan rakyat atas presiden adalah 100% dan tak ada kekuatan apapun yang dapat mengurangi rasa kepemilikan rakyat atas presidennya kecuali si presiden itu yang berusaha melepaskan diri dengan berbagai cara strategi agar merasa tidak dimiliki oleh rakyat yang telah memilihnya.
Di dunia ini banyak sekali contoh-contoh sejarah yang mempertontonkan keengganan seorang presiden untuk dianggap bahwa dia adalah milik rakyatnya. Sedemikian rupa besarnya rasa keengganan itu sehingga lambat laun ia menjadi kekuatan-kekuatan yang dapat membutakan si presiden itu sendiri.
Sebut saja salah satunya adalah Khadafi. Presiden Libya yang nyentrik ini barangkali di awal-awal kekuasaannya masih sanggup memposisikan diri sebagai “milik rakyatnya”. Tetapi seseorang memang terkadang amat dengan mudah merubah putaran roda sejarahnya sendiri sehingga dari yang awalnya baik menjadi sedikit kurang baik dan pada akhirnya total menjadi tidak baik.
Saya tidak mengatakan bahwa Khadafi itu tidak baik. Tetapi munculnya pemberontakan rakyat Libya terhadap diri Khadafi sendiri menunjukkan bahwa si Singa Tua itu sepertinya sudah tidak lagi menempatkan diri sebagai “milik rakyatnya,” melainkan sekadar milik dirinya sendiri, keluarga, rekan dan mitra-mitra terdekatnya.
Mungkin seperti itu pula yang menimpa presiden ke-2 kita, Soeharto. Presiden yang murah senyum ini di awal-awal berkuasa juga sama dengan Khadafi, mampu menempatkan diri sebagai milik rakyat. Namun kekuatan reformasi pada akhirnya sanggup menunjukkan satu fakta baru bahwa ternyata Pak Harto telah berusaha untuk tidak dimiliki oleh siapapun selain diri, keluarga dan orang-orang dekatnya. Maka tumbanglah ia sebagaimana Khadafi.
Dua peristiwa di atas memberi kita pelajaran besar, bahwa rasa cinta dan rasa memiliki yang tertanam di hati rakyat itu sesungguhnya adalah kekuatan yang begitu menenteramkan dan sekaligus membahayakan. Jika rasa kepemilikan rakyat atas presidennya dengan amat sengaja dihalang-halangi oleh si presiden itu sendiri, maka si presiden itu sebenarnya sedang menabuh genderang kehancuran atas dirinya sendiri.
Kita harus banyak belajar dari berbagai negara di seluruh pelosok jagat raya ini bahwa jika ada seorang presiden yang tidak bersedia untuk dimiliki atau enggan untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap rakyatnya, maka kehancuran akan senantiasa membayang-bayangi perjalanan negara itu.
Beberapa waktu yang lalu, sebagai rakyat kita harus bersyukur bahwa presiden kita diingatkan bahwa ia masih amat dicintai dan merasa dimiliki oleh rakyatnya. Lolosnya seorang tukang kebun dari pasukan pengaman presiden sehingga ia berada amat dekat dengan Pak Presiden sepertinya memberikan satu isyarat bahwa presiden itu milik rakyat dan karenanya ia harus dekat dengan rakyat dan harus mudah didekati oleh rakyat.
Akan sangat arif jika kejadian itu sanggup membuat presiden kita merenungkan beberapa hal misalnya; pertama, lolosnya tukang kebun dari pasukan pengaman presiden yang konon sangat berlapis-lapis itu adalah bukti bahwa sesungguhnya betapa rapuhnya kekuasaan manusia sekalipun ia dilindungi oleh berbagai lapis kekuatan manusia macam apapun. Dan diantara kekuatan-kekuatan yang mampu membuat rapuh bangunan kekuasaan itu salah satunya adalah rakyat kecil.
Kejadian lolosnya I Nyoman Minta, si tukang kebun itu sebenarnya bukan kejadian pertamakali yang dialami presiden. Sebab sebelumnya pernah terjadi kejadian serupa yang melibatkan seorang anak berpakaian pramuka dan seorang wanita tua di Cirebon yang berhasil lolos dari paspampres sehingga keduanya bisa berdekat-dekat dengan presiden.
Kedua, akan sangat panjang urusannya seandainya lolosnya pak kebun kita itu sedikit dimodifikasi maknanya seperti, berapa kekuatan yang dititipkan Tuhan kepada pak kebun tadi sehingga ia dapat dengan mudah melenggang masuk menembus rapatnya pasukan pengaman presiden atau kekuatan apa yang menjadikan pasukan presiden yang gagah-gagah itu bisa lengah padahal seumur hidup mereka berlatih cara mengamankan presiden?
Ah, sudahlah! Ini mungkin terlalu mengada-ngada. Yang penting presiden kita selamat dan ia harus bersyukur karena telah diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menyaksikan bahwa diantara wangi, necis dan megahnya para tamu VVIP yang hadir di lokasi pembukaan ASEAN Fair itu ternyata ada rakyat sekelas I Nyoman Minta. Artinya, presiden itu harus tahu diri bahwa 100% dia adalah milik rakyat macam tukang kebun itu, bukan orang-orang tamu VVIP saja.
Ranta.....!!!

Kebumen 27 Oktober 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar