Kamis, 28 April 2011

Hati yang Mati oleh Sepuluh Hal

Naskah khutbah Jum'at
Oleh Salman Rusydie Anwar
30 April 2011

Hadirin jamaah jum’at yang dirahmati Allah SWT.
Muhammad Amin Al-Jundi, dalam bukunya yang berjudul Mi’ah Qishshah Wa Qishshah Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin Juz.II, hal.94 menuliskan sebuah kisah begini. Konon, pada suatu hari, Ibrahim bin A’dham ra pernah melintas di pasar Basrah. Tak lama kemudian, orang-orang yang kebetulan melihat Ibrahim datang mendatangi dan mengerumuninya. Salah seorang diantara mereka berkata, “Wahai Abu Ishaq, apa yang menyebabkan doa-doa kami tidak pernah dikabulkan?”
Ibrahim kemudian menjawab, “Doa kalian tidak dikabulkan karena hati kalian telah mati oleh sepuluh hal. Pertama, kalian mengenal Allah tetapi tidak menunaikan hak-hak-Nya. Kedua, kalian mengaku cinta kepada Rasulullah Saw tetapi meninggalkan sunnahnya. Ketiga, kalian membaca al-Qur’an tetapi tidak mengamalkan isinya. Keempat, kalian memakan nikmat-nikmat Allah SWT tetapi tidak pernah pandai mensyukurinya. Kelima, kalian mengatakan bahwa setan itu adalah musuh kalian tetapi tidak pernah berani menentangnya. Keenam, kalian katakan bahwa surga itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak pernah beramal untuk menggapainya. Ketujuh, kalian katakan bahwa neraka itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak mau lari darinya. Kedelapan, kalian katakan bahwa kematian itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak pernah menyiapkan diri untuknya. Kesembilan, kalian bangun dari tidur lantas sibuk memperbincangkan aib orang lain tetapi lupa dengan aib sendiri. Dan kesepuluh, kalian kubur orang-orang yang meninggal dunia di kalangan kalian tetapi tidak pernah mengambil pelajaran dari mereka. Itulah sebabnya hati kalian menjadi mati dan karenanya doa-doa kalian tak pernah dikabulkan.”
Hadirin jamaah jum’at yang dirahmati Allah.
Pada saat kita berdoa, tentu tidak ada harapan lain yang ada dalam hati kita selain doa kita dikabulkan oleh Allah SWT. Setiap hari kita berdoa agar semua urusan dimudahkan, rizki dicukupkan, kesehatan dan umur ditambah dan dipanjangkan, putra-putri kita dijadikan orang shalih dan shalihah, ilmu bertambah dan karir atau pekerjaan supaya dipermudah. Dari sekian banyak doa-doa yang kita panjatkan siang dan malam, mungkin ada yang merasa sebagian sudah dikabulkan, dan mungkin tidak sedikit yang merasa doanya sama sekali belum dikabulkan. Lalu kalau kita renungkan petuah yang dikemukakan Ibrahim bin A’dham di atas, maka timbullah pertanyaan; apakah kita termasuk orang yang mengerjakan salah satu dari sepuluh hal yang membuat hati kita mati atau bahkan semuanya kita lakukan? Kalau pertanyaan itu ditujukan untuk saya sendiri, maka sepertinya sepuluh hal itu sering saya lakukan sehari-hari.
Hadirin jama’ah jum’at yang dirahmati Allah.
Hal menarik dari petuah Ibrahim bin A’dham di atas, untuk kita renungkan bersama saat ini adalah, bagaimana kita menjaga hati. Rasulullah Saw pernah bersabda bahwasanya di dalam tubuh seseorang terdapat sesuatu yang disebut hati. Jika kualitas si hati itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuh. Tetapi sebaliknya, jika kualitas si hati itu buruk, maka akan buruklah seluruh tubuh. Kalau demikian, apa fungsi hati bagi tubuh kita?
Kalau dilihat secara fisik, hati, menurut ilmu kesehatan adalah organ tunggal yang paling besar dan kompleks. Dalam tubuh, hati memiliki fungsi yang sangat penting dan rumit demi kesehatan seluruh tubuh. Sedikitnya ada tiga manfaat Allah memberikan kita anggota tubuh yang bernama hati. Pertama, hati berfungsi mengatur komposisi darah, jumlah gula, protein dan lemak yang masuk ke dalam darah. Kedua, hati berfungsi mengubah semua zat makanan menjadi sesuatu yang berguna bagi tubuh dan juga menyimpan zat gizi. Ketiga, hati berfungsi untuk memisahkan kandungan kimia yang ada dalam obat-obatan dan mengubahnya menjadi sesuatu yang tidak berbahaya bagi tubuh.
Tetapi, yang dimaksud hati kita mati oleh Ibrahim bin A’dham di atas apakah hati yang bersifat fisik semata? Tentu tidak demikian jawabannya. Yang disebut hati kita mati oleh sepuluh hal adalah hati nurani kita, jiwa kita dan kesadaran kita. Selain memiliki hati yang bersifat fisik, manusia juga memiliki hati nurani yang bersifat non fisik. Tidak diketahui secara pasti dimana letak dan seperti apa bentuk hati nurani itu. Akan tetapi, setiap manusia pasti merasakan keberadaannya. Kalau hati yang bersifat fisik mampu memisahkan bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh, dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi tubuh, maka demikian halnya dengan hati nurani kita.
Contoh, kalau kita berbuat salah misalnya, maka pasti kita merasa bahwa apa yang kita perbuat itu memang salah meski akal pikiran dan nafsu kita menganggap benar. Seorang penjahat sekalipun, yang setiap hari selalu berbuat kejahatan kepada orang lain, mereka pasti juga merasa bahwa perbuatannya itu tidak benar. Nah, kesadaran dan perasaan seperti itu seakan-akan muncul di hati kita yang letaknya berada di depan dada ini, sehingga orang kemudian menyebutnya sebagai bisikan hati nurani. Oleh sebab itu, di samping kita harus menjaga hati kita yang bersifat fisik agar selalu sehat, kita juga diharuskan untuk menjaga hati nurani dengan cara mau mendengar bisikan-bisikannya.
Menjaga hati yang bersifat fisik, dapat dilakukan dengan menjaga pola makan, olahraga dan barangkali juga istirahat yang cukup. Sementara menjaga hati nurani yang bersifat non fisik, kita dapat melakukan apa yang pernah dikatakan oleh Sunan Kalijaga tentang obat hati yang berjumlah lima macam. Pertama, membaca Qur’an sambil merenungkan maknanya. Kedua, shalat malam. Ketiga, banyak melakukan dzikir malam. Empat, berpuasa dan kelima senang bergaul dengan orang-orang shalih.
Demikian itulah beberapa cara agar hati kita menjadi hidup dan peka sehingga karena itulah doa-doa kita akan didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT. Baarakallaahu lii wa lakum fil qur’aanil kariim. Wanafaanii wa iyyakum bimaa fiihi wadzdzikril hakim. Wataqabbala minnii wa mingkum tilaawatahuu, innahuu huwal ghafuurrahiim.