Senin, 08 Februari 2010

Kitalah Mandataris Tuhan Itu!

Kitalah Mandataris Tuhan Itu!
Salman Rusydie Anwar

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka (para malaikat) berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan? Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 30-34)”

Sesungguhnya, peristiwa sujudnya Malaikat kepada Adam yang manusia merupakan peristiwa amat dahsyat dalam sejarah manusia itu sendiri. Kita tahu, betapa Malaikat adalah satu-satunya makhluk yang tidak memiliki pilihan lain kecuali hanya taat kepada Allah SWT. Malaikat diciptakan oleh Allah dengan potensi ketaatan yang luar biasa sehingga tak satupun perilakunya yang menyimpang atau melanggar dari apa yang sudah diperintahkan oleh Allah kepada mereka.
Mengingat ketaatannya kepada Allah mengalahkan makhluk yang lain, maka tidak heran jika pada saat Allah memberi tahu mereka untuk menciptakan khalifah, lantas mereka beramai-ramai datang ‘mendemo’ dan mengajukan gugatan kepada-Nya:
“Mengapa. Mengapa harus Kau buat makhluk lain di bumi itu yang kerjaannya hanyalah merusak dan saling tawur? Tak cukupkah ketaatan yang kuberikan selama ini? Tak memadaikah penyucianku kepada-Mu selama ini sehingga Engkau berencana membuat makhluk lain selain aku?” begitulah kira-kira protes para Malaikat itu.
Tetapi Malaikat hanyalah Malaikat. Mereka adalah makhluk yang keberadaannya dicipta dan ditentukan sendiri oleh Allah. Mereka, meski dengan ketaatan yang luar biasa, tetap tidak mampu mengungguli pengetahuan Allah. Meski mereka selalu dekat dengan Allah, tiap waktu selalu ada di sisi-Nya, namun tak secuilpun mereka tahu apa yang Allah ketahui. Itu sebabnya, dengan tutur kata yang lembut Allah menanggapi demo mereka:
“Aku yang lebih tahu dengan segala rencana-Ku sebagaimana Aku yang lebih mengerti segala rahasia yang ada di pelosok langit dan yang ada di balik lipatan bumi. Jadi kamu tenang sajalah!” begitu jawab Allah kira-kira.
Maka Maha Suci Allah yang kemudian menciptakan Adam, dimana pengetahuan mutakhir para ahli mengenai mutasi ‘gen’ sudah mempercayai bahwa dialah cikal bakal manusia pertama di dunia ini. Namun Allah tidak hanya menciptakan Adam sebagai manusia belaka. Dia juga memberinya gelar kehormatan yang begitu istimewa, yaitu sebagai khalifah.
Terserah kita mau mengartikan khalifah dengan makna apa. Namun yang jelas, khalifah memiliki konotasi makna yang cukup dekat dengan arti mandataris, wakil atau kepercayaan Tuhan yang harus menjalankan tugas-Nya di muka bumi ini dengan benar. Untuk bisa menjalankan tugas itu, Allah memberi Adam pelajaran dan pelajaran pertama yang diberikan Allah kepada si manusia Adam ini adalah pengetahuan tentang nama-nama atau kemampuan mengidentifikasi segala sesuatu yang ada di bumi dimana kemampuan ini pada akhirnya akan berkembang menjadi ilmu-ilmu, seperti ilmu fisika, biologi, sejarah, astronomi, kelautan, politik, sosial, budaya, agama, bahasa dan beribu-ribu disiplin keilmuan lainnya.
Maka tidak usah heran kalau ilmu dan kemampuan yang diberikan Allah kepada Adam ini membuatnya lebih unggul sampai-sampai Allah memerintahkan mereka para Malaikat:
“Sujudlah!”
Jika kita bayangkan, rasanya tidak mungkin manusia Adam ini akan sanggup menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini tanpa rasa tanggung jawab yang total, paling tidak terhadap ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Sebab, betapa pun tinggi dan memadainya ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang, akan tetapi jika dalam dirinya tidak ada rasa tanggung jawab yang besar untuk hanya menggunakan dan memanfaatkan ilmunya pada kebenaran maka segalanya akan kacau. Atau dalam terminologi Malaikat, “Hanya akan melahirkan kerusakan dan pertumpahan darah.”
Maka Malaikat benar dalam satu sisi, bahwa kerusakan dan pertumpahan darah yang terjadi di muka bumi ini terkadang memang lahir dan sengaja dilahirkan oleh manusia-manusia berpengatahuan tinggi, namun memiliki semangat tanggung jawab yang amat rendah terhadap ilmunya.
Mungkin saja begitu. Kalau kurang puas, silahkan tanya sendiri sama Tuhan. Gak repot, kan!?

Kebumen 29 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar